Langsung ke konten utama

MotoGP Austria 2020 Nyaris Merenggut Nyawa Rossi dan Vinales

MotoGP merupakan salah satu tontonan wajib saya saat akhir pekan. Pokoknya begitu musim motoGP dimulai, jadwal akhir pekan saya sebisa mungkin tidak bentrok dengan acara siaran langsung motoGP. 

Kalaupun terpaksa ada acara saat akhir pekan, saya usahakan bisa tiba di rumah sebelum acara motoGP. Segitunya sih? Ya begitulah yang namanya suka. Tidak ingin melewatkan sedikit pun momen kebersamaan.

Berhubung saya suka mengendarai motor. Kerap bertualang dengan sepeda motor. Maka menonton motoGP memiliki keseruan tersendiri. Bukan karena tertarik adu kecepatannya. Atau pelampiasan karena tidak bisa kebut-kebutan di jalan. Namun mengagumi skill atau kemampuan para rider motoGP tersebut.

Bayangkan, dengan kecepatan yang semaksimal mungkin mereka harus melewati tikungan-tikungan di sirkuit yang dibuat sedemikian rupa alias sulit. Bahkan ada tikungan yang begitu tajam dengan jarak yang tidak terlalu jauh. Ini bukan hal yang mudah dilakukan jika tidak memiliki kemampuan dan kecerdasan. 

by Tempo.com

Rider yang saya kagumi adalah Valentino Rossi. Sejak saya mengenal motoGP, sosok Rossi sudah mencuri perhatian saya. Memulai star diurutan belasan namun bisa melesat menjadi pemenang. Itu sesuatu yang luar biasa dan tidak mudah dilakukan. Di masa kejayaannya, Rossi selalu menjadi yang terdepan meski memulai balapan diurutan belakang. 

Setiap kali bertanding Rossi selalu naik podium. Pokoknya Rossi tak ada lawan deh. Orang sampai berujar, "Rossi lagi, Rossi lagi. Bosan lihatnya. Yang lain dong." Sehingga ada sebagian orang yang justru ingin melihat Rossi jatuh. Sebab hanya dengan terjatuh itu Rossi tak naik podium. Hal ini saking hebatnya kemampuan seorang Rossi.

Setelah membaca lebih jauh tentang profil Valentino Rossi, saya semakin mengaguminya. Tak ada alasan untuk tidak menyukainya. Namun saya tidak akan membahas tentang sosok Rossi di sini. Lain kesempatan akan saya ulas secara khusus tentang sosoknya.

Kali ini saya akan mengulas tentang motoGP Austria 2020 yang nyaris merenggut nyawa Rossi dan Vinales. Hah! Kok seram? Memang benar. MotoGP Austria ini sangat menyeramkan. Semenjak saya mengenal dan rutin menonton motoGP. Baru kali ini merasa tegang sekali dan ikut was-was layaknya bagian dari tim tersebut. 

Bagaimana tidak tegang kalau motor para rider tersebut berhamburan dan berterbangan bak kapas di pohon randu. Ketegangan sudah terasakan saat race Moto2 dimulai. Enea Bastinini mengalami highside. Ia terjatuh dengan posisi motor melintang di tengah lurusan. Tak ayal para rider yang ada di belakangnya langsung berjatuhan karena kaget dan tidak bisa mengendalikan motornya.

Insiden di kelas Moto2 by gpracingindonesia

Terang saja. Lha sedang kencang-kencangnya melaju tiba-tiba ada rintangan di depan. Siapa pun rider-nya pasti akan kehilangan kendali. Akibat kejadian tersebut tiga pembalap lainnya berjatuhan. Hafizh Syahrin, Edgar Pons dan rider asal Indonesia, Andi Farid Izdihar. Keempat pembalap tersebut dalam kondisi sadar. Hanya Syahrin yang mengalami luka agak parah. Itu pun sudah bisa ditangani dengan baik oleh tim medis.

Ketegangan yang saya rasakan rupanya berlanjut. Kali ini dalam race motoGP. Kejadian kali ini lebih menegangkan. Bayangkan? Motor Morbidelli yang bersenggolan dengan motor Johan Zarco melayang dan nyaris mengenai kepala Rossi. Coba, apa jadinya jika hal tersebut sampai terjadi. Sebelumnya motor tersebut melayang di atas Vinales yang membuat rider tersebut refleks menundukkan kepalanya. 

Kejadian tersebut bermula dari crash antara Franco Morbidelli dengan Johann Zarco. Ban depan Morbidelli menyenggol ban belakang Zarco. Mereka jatuh dalam kecepatan 300 km/h. Motor Morbidelli melayang seperti kapas tertiup angin. Sungguh mengerikan. Penonton benar-benar dibuat tegang. 

Insiden di kelas MotoGP by gpracingindonesia

Syukurnya Rossi dan Vinales tidak sampai terjatuh. Sehingga bisa menyelesaikan balapan hingga finish. Zarco yang mengalami luka agak parah dan harus menjalani perawatan. 

Berikut ini hasil akhir GP Austria-Moto2 Race:

1 . Jorge Martin (Red Bull KTM Aja)-88

2 . Luca Marini  (SKY Racing Team VR46)-10

3 . Marcel Schrotter (Liqui Moly Infact GP)-23

GP Austria- MotoGP Race:

1 . Andrea Dovizioso (Ducati Team)-04

2 . Joan Mir (Team Suzuki Ecstar)-36

3 . Jack Miller (Pramac Racing)-43

"Ini merupakan bagian dari pekerjaan. Jadi kami harus kembali menjalani race demi race meski beberapa saat yang lalu baru saja terbebas dari maut," demikian ungkap Rossi.

Meski begitu harus ada respect antar rider. Jangan sampai membahayakan rider lain demi meraih poin. 

Benar. Dalam hal apapun harus ada respect. Termasuk saat menonton motoGP. Sehingga tidak asal mengeluarkan komentar terhadap rider yang melakukan kesalahan. Atau rider yang tidak disukai. (EP)






Komentar

  1. Saya nonton GP cuma 'nemenin pak suami mba Denik.. hehehe... Dan tahunya memang cuma Valentino Rossi, karena memang dia lagi dia lagi yang menang.. Ternyata seru juga kalau ngikutin ya.. eh beberapa tahun lalu sempat ada pembalap yang meninggal di arena kan.. saya lupa namanya. Masih muda juga. Lebih muda dari Rossi
    .

    BalasHapus
  2. Paksu juga nih suka dengan moto GP, saya paling nonton sambil lalu aja kalau lagi pas lewat depn TV, hihihih. Rossi ini memang jawaranya ya, tapi dag dig dug juga kalau lihat balapan tuh apalagi kalau udah ada yang jatuh, duuuhhh aatuut.

    BalasHapus
  3. Sama, aku juga suka nonton moto GP. Kejadian dia Austria memang mengerikan. Alhamdulillah Rosi selamat gak kebayang kalau terjadi hal yang tidak diinginkan.

    BalasHapus
  4. Untung Rossi gak apa² ya,, kecelakaan seperti itu Rossi blg sebagai bagian dr pekerjaan jd ya tetap hrs dijalani ya,, salut!

    BalasHapus
  5. Mba denok keren banget suka nonton moto gp. Saya aja suka berasa kayak main roller coaster. Ikutan takut gitu padahal pemainnya santai2 aja

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dulu Stadion Benteng, Kini Stadion Benteng Reborn

“Wah, seperti grup band saja pakai istilah reborn.” Stadion Benteng Reborn (dokpri) Iya, dong. Memangnya grup band saja yang boleh reborn. Stadion juga bolehlah. Bukan begitu? Tapi memang benar. Itulah nama Stadion Benteng kini. Stadion kebanggaan masyarakat Kota Tangerang. Diberi nama demikian agar kekinian dan mengikuti perkembangan zaman.  Saya sebagai warga Kota Tangerang sekaligus pecinta sepak bola, merasa suprise sekali dengan perubahannya. Sebab saya pernah mengunjungi Stadion Benteng sebelumnya. Zaman masih tak terurus. Kotor dan terkesan horor. Usai dibekukan akibat tawuran antar suporter tiap kali digelarnya pertandingan. Bagi pecinta sepak bola, kostum pemain idola, foto pemain, dan mengunjungi stadion merupakan satu paket yang tidak terpisah. Ketika sedang jalan-jalan ke kota lain, sudah pasti yang namanya mengunjungi stadion tidak boleh dilewatkan. Saya sih. Nah, kalau sudah berada di stadion. Belanja atribut bola yang ada di sana menjadi kesenangan tersendiri. Bisa foto

Selamat, Real Madrid Juara Liga Champions Tahun 2022

Selamat buat fans Real Madrid atas pencapaian timnya pada laga piala Champions tahun 2022.  Picture by bola.net Sejak awal saya sudah menjagokan Real Madrid. Bukan berarti saya tidak menyukai Liverpool.  Suka. Terutama saat era-nya Steven Gerrard. Gaya permainan Liverpool juga keren dini hari tadi. Beberapa kali gawang Madrid nyaris kebobolan. Terutama di babak-babak akhir. Uph, bikin saya tegang dan teriak-teriak sendiri. Enggak lucu kan kalau tinggal dua menit laga usai kok kebobolan. Bisa perpanjangan waktu bahkan adu penalti. Saya kurang suka kalau pertandingan berakhir dengan adu penalti.  Maka ketika akhirnya peluit panjang berbunyi, lega rasanya. Yeaaah, Madrid juara. Maaf ya Liverpool. Kali ini saya mendukung Madrid. Meski saya akui permainan kalian bagus. Saya menyukai Real Madrid ketika era-nya Raul Gonzalez dan David Beckham. Setelahnya biasa saja. Karena sejatinya saya penggemar tim Italia, AC Milan. Juga Manchester City untuk Inggris. Kenapa mendukung Real Madrid pada laga