Langsung ke konten utama

The Real of Valentino Rossi

Bagi penggemar motoGP tentu sudah tidak asing dengan nama satu ini. Valentino Rossi. Aksinya selalu dinantikan. Baik oleh kawan maupun lawan. MotoGP tanpa Vale begitu panggilan Valentino Rossi. Bagai sayur tanpa garam. Hambar.

Picture by IG Valeyellow46

Siapa dan bagaimana sosok Vale bisa menjadi idola seperti sekarang ini, akan coba saya kupas secara tuntas untuk berbagi informasi kepada sesama penggemar Rossi. Bagi yang tidak mengidolakan, setidaknya bisa mengetahui sedikit gambaran tentang kiprah Rossi di ajang balap MotoGP.

Valentino Rossi adalah anak dari pembalap GP 250 cc era 70-an asal Italia, Graziano Rossi. Lahir dari seorang ibu bernama Stefania Palma, pada tanggal 16 Februari 1979 di Urbino, Italia. Rossi sepertinya memang dilahirkan sebagai pembalap. Karena atmosfer lingkungannya sejak kecil adalah balapan.

Tak heran jika di usia 17 tahun Rossi sudah mulai terjun ke dunia balap. Tepatnya pada tahun 1996 di Grand Prix 125 cc untuk Aprilia. Awalnya orang tua tidak mendukung keinginan Rossi itu, karena sang ayah tahu betul seperti apa dunia balapan itu. Balapan sama dengan bertaruh nyawa. Setiap detik nyawa bisa melayang di arena balap. 

Namun demi melihat bakat dan minta Rossi yang begitu besar pada dunia balap, mereka pun akhirnya mendukung keputusan Rossi. Sang ibu selalu menyempatkan diri untuk datang dalam beberapa kali balap. Sementara sang ayah selalu berada di garis akhir balapan. Hal ini sungguh menjadi penyemangat bagi Rossi.

Hal itu dibuktikan Rossi dengan menjadi juara dunia kelas 125 cc pada tahun 1997. Lalu juara dunia  kelas 250 cc pada tahun 1999. Selanjutnya ia pun bergabung di GP 500 cc. Bersama tim Honda ia pun mencetak prestasi sekaligus reputasi. Reputasi sebagai seorang pembalap dan entertaintment.

Munculnya jiwa entertainment pada diri Rossi tidak sengaja terjadi. Hal itu ia lakukan semata-mata untuk mencairkan suasana dan ketidaksukaannya dengan suasana tim. Menurut Rossi suasana di tim begitu serius dan penuh tekanan. Karena itu ia ingin mengubah semua itu dengan caranya. Maka dalam setiap kemenangan yang ia peroleh, ia rayakan dengan cara besar-besaran.

Mulai dari aksinya menarik salah satu penonton lalu diboncengnya keliling sirkuit, sampai aksinya melempar topi ke tribun penonton. Semua itu rupanya menjadi salah satu daya tarik Rossi di samping aksinya di sirkuit yang garang. Pada akhirnya membuat motoGP sebuah tontonan yang menarik.

Rossi yang senang menonton sepak bola memiliki klub kesayangan yakni inter Milan. Memiliki anjing kesayangan bernama Guido. Sayang tahun 2008 anjing itu mati. Ia pun mengabadikannya di helm kesukaannya yang bernomor 46. 

Berbicara tentang nomor 46 yang dipilih Rossi. Ternyata bukan sembarang nomor. Ada kisah dibalik angka 46 tersebut.

Saat menonton televisi Rossi sangat terkesan dengan pembalap wildcard asal asal Jepang yang bernomor 46. Lantas ia pun menggunakan angka itu sebagai angka kramatnya. Selain itu sang ayah saat masih menjadi pembalap juga menggunakan angka 46. Sejak itu Rossi tidak berniat mengganti nomor 46 dengan yang lain. Meskipun berkali-kali menjadi juara dunia, nomor 46 adalah kebanggaannya.

Rossi sejak bergabung di GP 500 cc tahun 2000 telah menjadi raja-nya motoGP. Bagaimana tidak? Rossi mampu menjadi juara dunia 7 kali dengan 5 kalinya ia raih secara berturut-turut. Yaitu tahun 2001,2002 dan 2003 dengan tim Honda. Tahun 2004, 2005, 2008, 2009 bersama tim Yamaha. Pada tahun 2011 - 2012 ia sempat bergabung dengan tim Ducati. Namun tahun 2013 ia kembali ke tim Yamaha sampai sekarang.

Valentino Rossi yang memiliki julukan The Doctors, ternyata penyuka film kartun juga. Hal itu tampak saat balapan di kelas 250 cc. Kawan-kawannya memberikan julukan Valentinik kepada Rossi, karena kesukaannya pada tokoh kartun super Hero, Italia, Paperinik. Sedangkan saat balapan di kelas 125 cc, ia mendapat julukan Rossifumi. Karena kagumnya Rossi pada pembalap asal Jepang, Norifumi Abe.

Seiring berjalannya waktu, saat balapan di kelas 500 cc. Rossi merasa bahwa di sini butuh konsentrasi dan keseriusan penuh untuk bisa meraih hasil maksimal. Karena itu ia harus tenang, kalem, menjadi pemikir dan sesekali sedikit gila. Semua itu adalah karakter Doctor. ilmuwan gila dan memiliki eksperimen gila. Karena itu ia pun memilih menjadi The Doctors di dunianya. Dunia balap.

Hal tersebut telah dibuktikannya. Dalam kenyataannya nama Valentino memang kebanyakan digunakan oleh para Doctors di Italia.

Satu hal menarik dari seorang Valentino Rossi adalah bahwa ia ternyata seorang yang senang sekali di rumah. Bagi Rossi rumah adalah tim terbaiknya.

"Pembelajaran sekecil apapun selalu didapatkannya di rumah." 

Inilah, The Real of Valentino Rossi. (EP)


Note: Tulisan senada pernah tayang di Kompasiana. Com dan Jejak Denik.

Komentar

  1. Baru tahu saya klo ayah si Vale pembalap juga. Saya pun baru tahu klo Vale ini cowok rumahan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi...iya, Mba. Memang terlahir jadi pembalap dia. Terima kasih ya Mba atas kunjungannya.

      Salam hangat

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dulu Stadion Benteng, Kini Stadion Benteng Reborn

“Wah, seperti grup band saja pakai istilah reborn.” Stadion Benteng Reborn (dokpri) Iya, dong. Memangnya grup band saja yang boleh reborn. Stadion juga bolehlah. Bukan begitu? Tapi memang benar. Itulah nama Stadion Benteng kini. Stadion kebanggaan masyarakat Kota Tangerang. Diberi nama demikian agar kekinian dan mengikuti perkembangan zaman.  Saya sebagai warga Kota Tangerang sekaligus pecinta sepak bola, merasa suprise sekali dengan perubahannya. Sebab saya pernah mengunjungi Stadion Benteng sebelumnya. Zaman masih tak terurus. Kotor dan terkesan horor. Usai dibekukan akibat tawuran antar suporter tiap kali digelarnya pertandingan. Bagi pecinta sepak bola, kostum pemain idola, foto pemain, dan mengunjungi stadion merupakan satu paket yang tidak terpisah. Ketika sedang jalan-jalan ke kota lain, sudah pasti yang namanya mengunjungi stadion tidak boleh dilewatkan. Saya sih. Nah, kalau sudah berada di stadion. Belanja atribut bola yang ada di sana menjadi kesenangan tersendiri. Bisa foto

Selamat, Real Madrid Juara Liga Champions Tahun 2022

Selamat buat fans Real Madrid atas pencapaian timnya pada laga piala Champions tahun 2022.  Picture by bola.net Sejak awal saya sudah menjagokan Real Madrid. Bukan berarti saya tidak menyukai Liverpool.  Suka. Terutama saat era-nya Steven Gerrard. Gaya permainan Liverpool juga keren dini hari tadi. Beberapa kali gawang Madrid nyaris kebobolan. Terutama di babak-babak akhir. Uph, bikin saya tegang dan teriak-teriak sendiri. Enggak lucu kan kalau tinggal dua menit laga usai kok kebobolan. Bisa perpanjangan waktu bahkan adu penalti. Saya kurang suka kalau pertandingan berakhir dengan adu penalti.  Maka ketika akhirnya peluit panjang berbunyi, lega rasanya. Yeaaah, Madrid juara. Maaf ya Liverpool. Kali ini saya mendukung Madrid. Meski saya akui permainan kalian bagus. Saya menyukai Real Madrid ketika era-nya Raul Gonzalez dan David Beckham. Setelahnya biasa saja. Karena sejatinya saya penggemar tim Italia, AC Milan. Juga Manchester City untuk Inggris. Kenapa mendukung Real Madrid pada laga

MotoGP Austria 2020 Nyaris Merenggut Nyawa Rossi dan Vinales

MotoGP merupakan salah satu tontonan wajib saya saat akhir pekan. Pokoknya begitu musim motoGP dimulai, jadwal akhir pekan saya sebisa mungkin tidak bentrok dengan acara siaran langsung motoGP.  Kalaupun terpaksa ada acara saat akhir pekan, saya usahakan bisa tiba di rumah sebelum acara motoGP. Segitunya sih? Ya begitulah yang namanya suka. Tidak ingin melewatkan sedikit pun momen kebersamaan. Berhubung saya suka mengendarai motor. Kerap bertualang dengan sepeda motor. Maka menonton motoGP memiliki keseruan tersendiri. Bukan karena tertarik adu kecepatannya. Atau pelampiasan karena tidak bisa kebut-kebutan di jalan. Namun mengagumi skill atau kemampuan para rider motoGP tersebut. Bayangkan, dengan kecepatan yang semaksimal mungkin mereka harus melewati tikungan-tikungan di sirkuit yang dibuat sedemikian rupa alias sulit. Bahkan ada tikungan yang begitu tajam dengan jarak yang tidak terlalu jauh. Ini bukan hal yang mudah dilakukan jika tidak memiliki kemampuan dan kecerdasan.  by Tempo.